KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
atas kehadirat Allah SWT ,karena atas karunia,taufiq dan hidayah-Nya
lah,penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk penulis, namun juga untuk pihak-pihak
yang berkenan meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.
Mengingat keterbatasan penulis
sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa, penulis menyadari
bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritikan dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Agar kedepannya penulis bisa
lebih baik lagi. Salah dan khilaf penulis mohon maaf. kepada Allah, penulis
mohon ampun.
Penulis,
![]() |
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
C.
Tujuan............................................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................... 3
A.
Pengertian
Penyimpangan Sosial ................................................................................ 3
B.
Teori-Teori
Perilaku Menyimpang............................................................................... 4
C.
Ciri-ciri
Penyimpangan Sosial...................................................................................... 4
D.
Bentuk-Bentuk
Perilaku Menyimpang........................................................................ 5
E.
Dampak
Perilaku Penyimpangan Sosial Masarakat..................................................... 6
F.
Upaya
Pencegahan Penyimpangan Sosial................................................................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 9
A.
Kesimpulan............................................................................................................... 9
B.
Saran
........................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
![]() |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial
ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat
dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang, atau
telah terjadi kenakalan pelajar.
Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan
terhadap norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan
mendapat sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif
tergantung dari besarnya perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap norma
suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.
Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan
penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian
tentang penyimpangan bagi penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah
dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang.
Cara-cara para penyimpang menghadapi penolakan atau stigma dari orang non
penyimpang disebut dengan teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang
menjamin bahwa penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, Teknik-teknik
yang digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan
fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah
menjadi tidak menyimpang.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui
interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh
sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan
mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap pelajar. Karena
itulah dalam membahas perilaku penyimpangan pelajar, penulis menitikberatkan
pada pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang
bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial
sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para
pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya,
maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan
demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya
berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
Pengertian Penyimpangan Sosial?
2.
Apa
saja Teori-Teori Perilaku Menyimpang?
3.
Apa
saja Ciri-ciri Penyimpangan Sosial?
4.
Apa
saja Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang?
5.
Apa
saja Macam-Macam Penyimpangan Sosial Di Kota?
6.
Bagaimana
Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial Masarakat?
7.
Bagaimana
Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial?
C. Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Penyimpangan Sosial.
2.
Untuk
Mengetahui Teori-Teori Perilaku Menyimpang.
3.
Untuk
Mengetahui Ciri-ciri Penyimpangan Sosial.
4.
Untuk
Mengetahui Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang.
5.
Untuk
Mengetahui Macam-Macam Penyimpangan Sosial Di Kota.
6.
Untuk
Mengetahui Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial Masarakat.
7.
Untuk
Mengetahui Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyimpangan Sosial
Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang
dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang
berlaku. Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang, antara lain
tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau
norma yang ada; tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang
melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum; dan tindakan-tindakan
kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum
tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.[1]
Perilaku menyimpang didefinisikan secara berbeda berdasarkan empat
sudut pandang. Petama, secarastatiskal, yaitu segala perilaku yang bertolak
dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak
sering dilakukan. Kedua, secara absolut atau mutlak. Definisi perilaku
menyimpang yang berasal dari kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan
sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah
ada sejak dulu, serta berlaku tanpa terkecuali, untuk semua warga masyarakat.
Ketiga, secara reaktif, yaitu perilaku yang dicapkan kepadanya atau orang lain
telah memberi cap kepadanya.
Dan keempat, secara normatif, yaitu penyimpangan adalah suatu
pelanggaran dari suatu norma sosial. Ada dua perspektif yang bisa digunakan
untuk memahami sebab-sebab dan latar belakang seseorang atau kelompok
berperilaku munyimpang, yaitu perspektif individualistik dan yang kedua adalah
teori-teori sosiologi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan
sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan
yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh
aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat
kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek
pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang
dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
1. James Worker Van der
Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
2. Robert Muhamad Zaenal
Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3. Paul Band Horton.
Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
4. Paul B.Horton .Penyimpangan
sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma kelompok atau masyarakat.[2]
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat
disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang
adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas.
Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang
berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.[3]
B.
Teori-Teori Perilaku Menyimpang
1.
Teori
Differencial Association (Edwin H. Sutherland). Teori ini menyatakan bahwa
perilaku menyimpang merupakan perilaku yang di sebabkan karena hubungan
diferensiasi.
2.
Teori
Labelling (Edwin M.Lemert). Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang
merupakan perilaku yang menyimpang karena pemberian penjulukan .Teori ini
menggambarkan bagaimana suatu perilaku menyimpang seringkali menimbulkan
serangkaian peristiwa yang justru mempertegas dan meningkatkan tindakan
penyimpangan.
3.
Teori
Merton. Merton mengindefikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap
situasi tertentu ,empat diantara perilaku dalam menghadapi situasi tersebut
merupakan perilaku menyimpang .
4.
Teori
Fungsi dari Durkheim. Durkheim berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi
masyarakat karena dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hukum dapat
berkembang secara normal.
5.
Teori
konflik dari Karl Marx. Menurut pandangan ini apa yang merupakan perilaku
menyimpang di definisikan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat
untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.Hukum merupakan pencerminan
kepentingan kelas yang berkuasa dan bahwa sistem peradilan pidana mencerminkan
nilai dan kepentingan mereka.
C.
Ciri-ciri
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :[4]
1.
Penyimpangan
harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa
dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2.
Penyimpangan
bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif,
ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier.
Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak
masyarakat.[5]
3.
Penyimpangan
relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah melakukan perilaku
menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk
semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya pada frekuensi dan
kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang
cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat
laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
4.
Penyimpangan
terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap
peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi pada
kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi
tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi
kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadipengetahuan umum dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
5.
Terdapat
norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola
perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus
menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka. Jadi norma-norma
penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah
melembaga.
6.
Penyimpangan
sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya
menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran
stabilitas sosial.
D.
Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk –bentuk penyimpangan di bagi menjadi enam ,yaitu ;
1.
Penyimpangan
primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang
dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di masyarakat
karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya,
siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas,
dan orang yang terlambat membayar pajak.
2.
Penyimpangan
sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku
menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah
serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras
dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan
pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan
mereka biasanya di cap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”,
"penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada
si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
3.
Penyimpangan
individual (individual deviation) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya,
seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan,
seperti: mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan
kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
4.
Pembandel
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
5.
Pembangkang
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
6.
Pelanggar
yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku
dalam masyarakat.
7.
Perusuh
atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma
umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
8.
Munafik
yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji ,berkata bohong
,mengkhianati kepercayaan,dan berlagak membela.
9.
Penyimpangan
kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada
norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakatyang berlaku.
10. Penyimpangan situasional,yakni penyimpangan jenis ini di sebabkan
oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau social diluar individu
dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang.
11.
Penyimpangan
sistematik,yaitu suatu contoh tingkah laku yang di sertai organisasi social
khusus ,status formal,peranan-peranan,nilai-nilai,norma-norma,dan moral tentang
semuanya berbeda dengan situasi umum.
E.
Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial Masarakat
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan
membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.[7]
1.
Dampak Bagi Pelaku
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang
individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak
tersebut.
a.
Memberikan
pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap
pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari
pergaulan.
b.
Dapat
menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
c.
Dapat
menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d.
Perbuatan
yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
2.
Dampak Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat
Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain atau
kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa di antaranya adalah meliputi
hal-hal berikut ini.
a.
Dapat
mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b.
Merusak
tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c.
Menimbulkan
beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d.
Merusak
unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam
kehidupan masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan
sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah
bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum, perilaku menyimpang
dianggap merugikan masyarakat. Namun demikian, menurut Emile Durkheim, perilaku
menyimpang tidak serta merta selalu membawa dampak yang negatif. Menurutnya,
perilaku menyimpang juga memiliki kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat.
F.
Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah perilaku penyimpangan
sosial dalam masyarakat. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dari berbagai
lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
1.
Di Lingkungan Keluarga
Upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial di rumah memerlukan
dukungan dari semua anggota keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga luas.
Di dalam hal ini, masing-masing anggota keluarga harus mampu mengembangkan
sikap kepedulian, kompak, serta saling memahami peran dan kedudukannya
masing-masing di keluarga. Meskipun keterlibatan seluruh anggota keluarga
sangat dibutuhkan, namun orang tua memegang peran utama dalam membentuk
perwatakan dan membina sikap anak-anaknya.
Hal ini dikarenakan orang tua merupakan figur utama anak yang
dijadikan panutan dan tuntunan, sehingga sudah sepantasnya jika orang tua harus
mampu memberi teladan bagi anak-anaknya. Dalam hubungannya dengan upaya
pencegahan penyimpangan sosial di lingkungan keluarga, orang tua dapat
melakukan beberapa hal, seperti berikut ini.
a.
Menciptakan
suasana harmonis, perhatian, dan penuh rasa kekeluargaan.
b.
Menanamkan
nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan, dan ketaatan beribadah.
c.
Mengembangkan
komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak.
d.
Selalu
meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat anak, sekaligus mampu
memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapat kesulitan.
e.
Memberikan
punnishandreward, artinya bersedia memberikan teguran atau bahkan hukuman jika
anak bersalah dan bersedia memberikan pujian atau bahkan hadiah jika anak
berbuat baik atau memperoleh prestasi.
f.
Memberikan
tanggung jawab kepada anak sesuai tingkat umur dan pendidikannya.
g.
Langkah-langkah
tersebut merupakan upaya yang dapat dilakukan orang tua agar tercipta suatu
komunikasi yang baik dengan anak, sehingga anak merasa terlindungi, memiliki
panutan atau teladan, serta merasa memiliki arti penting sebagai bagian dari
keluarganya.
2.
Di Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup kompleks. Di
dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama
dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai penyimpangan sosial.
Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik dalam upaya mencegah
perilaku penyimpangan sosial anak didiknya, antara lain, berikut ini.
a.
Mengembangkan
hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya agar dapat tercipta komunikasi
timbal balik yang seimbang.
b.
Menanamkan
nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
c.
Selalu
mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya.
d.
Memberi
kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri, sejauh potensi
tersebut bersifat positif
e.
Bersedia
mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konseling untuk membantu
siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau
yang dihadapinya di rumah.
3.
Di Lingkungan Masyarakat
Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu memengaruhi pola
pikir seseorang. Dalam hal ini, perlu tercipta lingkungan pergaulan yang sehat
dan nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter anak
yang baik. Adapun hal-hal yang dapat dikembangkan dalam masyarakat agar upaya
pencegahan perilaku penyimpangan sosial dapat tercapai, antara lain, berikut
ini.[8]
a.
Mengembangkan
kerukunan antarwarga masyarakat. Sikap ini akan mampu meningkatkan rasa
kepedulian, gotong royong, dan kekompakan antarsesama warga masyarakat. Jika
dalam suatu masyarakat tercipta kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat
diminimalisasikan.
b.
Membudayakan
perilaku disiplin bagi warga masyarakat, misalnya disiplin dalam menghormati
keputusan-keputusan bersama, seperti tamu bermalam harap lapor RT, penetapan
jam belajar anak, menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya.
c.
Mengembangkan
berbagai kegiatan warga yang bersifat positif, seperti perkumpulan PKK, Karang
Taruna, pengajian, atau berbagai kegiatan lain yang mengarah kepada peningkatan
kemampuan masyarakat yang lebih maju dan dinamis. Jika beberapa upaya tersebut
dapat diterapkan dalam suatu lingkungan masyarakat, maka kelompok pelaku
penyimpangan sosial akan merasa risih dan jengah, sehingga mereka akan merasa
malu jika melakukan tindakan penyimpangan sosial di lingkungan tempat
tinggalnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyimpangan sosial merupakan tindakan yang oleh sejumlah besar
orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
Penyimpangan sosial sendiri memiliki empat tipe yakni kejahatan tanpa korban,
kejahatan terorganisasi, kejahatan kerah putih, dan kejahatan korporat.
Terjadinya penyimpangan sosial diakibatkan oleh beberapa faktor
yaitu; Adanya perubahan norma–norma dari suatuperiode ke periode wakatu lain.
Tidak ada norma atau aturan yang bersifat mutlak yang bisa digunakan untuk
menentukan benar tidaknya kelakuan seseorang. Norma sesuai dengan masyarakat
dan kebudayaan masyarakat yang berbeda satu sama lain. Individu-individu yang
tidak mematuhi norma disebabkan karena mengamati orang-orang lain yang tidak
mematuhi atau karena mereka tidak dididik untuk mematuhi peraturan.
Perilaku penyimpangan tidak
sepenuhnya mendapat penolakan dari masyarakat. Masyarakat akan memberikan
toleransi terhadap beberapa perilaku penyimpangan karena dapat berfungsi
sebagai bentuk pengendalian sosial. Dalamhal ini kita dapat melihat
bentuk-bentuk penyimpangan sosial sebagai berikut; yaitu periaku penyimpangan
primer dan sekunder.

Penyimpangan individual dilakukan oleh individu atau orang
perorangan. Tujuan individu melakukan penyimpangan didasarkan karena ia sebagai
pribadi tidak dapat menyesuaikan dengan nilai dan norma. Atau dengan sengaja
melakukan tindakan menyimpang dengan melanggar tata nilai dan peraturan.
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak mematuhi nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pelaku penyimpangan kelompok ini
melakukan tindakan menyimpang karena perasaan kolektif yang dimiliki oleh
anggota kelompok dan perasaan itu tidak memiliki kesamaan dengan anggota lain
di luar kelompoknya.
B.
Saran
Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam hal pengetahuan tentang Mata pelajaran
sosiologi. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik saran dari pembaca
tentunya yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Hasmin, dkk. 2010. Sosilogi untuk SMA Kelas X Semester 2.
Pendamping BSE. CV. Haka MJ : Solo.
Maryati, Kun dan Suryawati, Juju. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA
kelas X. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
Narwoko, J. Dwi & Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi: Teks
Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Buku Sekolah Elektronik, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, Sosiologi 1 untuk SMA/MA, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Penyakit_Sosial_Sebagai_Akibat_Penyimpangan_Sosial_dan_Upaya_Pencegahannya_8.1_%28BAB_6%29
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/perilaku-menyimpang.oh112678.html
http://acep-cyber.blogspot.com/2012/07/makalah-perilaku-menyimpang-sosiologi.html
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar