KARYA ILMIAH
UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BACA MELALUI METODE EKSPERIMEN DENGAN MELALUI CERITA
BERGAMBAR

Disusun Oleh :
Muhammad Arif
SMP NEGERI 1
JIPUT
TAHUN AJARAN
2016/2017
KATA PENGANTAR
Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan berkah-Nya kepada seluruh ciptaan-nya. Begitu pula
penulis santiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya. Atas limpahan
berkah sehingga makalah ini dapat terselesikan sebagaimana mestinya.
Penulis
berterimakasih kepada seluruh teman-teman yang telah membantu sejak dari awal
sampai akhir penulisan ini serta kepada guru bidng studi yang telah memberiakn
arahan dan kepada penulis sehingga makalah ini dapat selesi dengan baik.
Akhir
kata,taka da gading yang tak rentak begitu pula dengan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik saran setiap pembaca menuju
perbaikan makalah ini adalah merupakan harapan penulis.
Jiput, 20 maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar
Belakang............................................................................................... 2
B. Identifikasi
Masalah....................................................................................... 3
C. Pembatasan
Masalah...................................................................................... 3
D. Rumusan
Masalh............................................................................................ 3
E. Tujuan
Umum................................................................................................ 3
F. Tujuan
Khusus............................................................................................... 3
G. Manfaat
Penelitian......................................................................................... 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4
A. Tinjauan
Pustaka............................................................................................ 4
B. Perkembangan
Bahsa Di Usia Dini................................................................ 5
BAB
III PEMBAHASAN........................................................................................ 12
A. Depripsi
Kondisi............................................................................................ 12
B. Perencanaan................................................................................................... 12
C. Pelaksanaan
Tindakan.................................................................................... 12
D. Pengamatan.................................................................................................... 13
E. Refpleksi........................................................................................................ 13
BAB
IV PENUTUP.................................................................................................. 14
A. Kesimpulan.................................................................................................... 14
B. Saran.............................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Sesuai
dengan Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara
(Depdiknas, 2007:2).
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14).
PAUD
merupakan lembaga pendidikan pra-skolastik atau akademik. Itu artinya, PAUD
tidak mengemban tanggungjawab utama dalam membelajarkan keterampilan membaca
dan menulis. Subtansi pembinaan kemampuan skolastik atau akademikini haruslah
menjadi tanggungjawab utama lembaga pendidikan dasar (Depdiknas, 2007:1).
Usia
dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia
emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk belajar yang
luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini merupakan
usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan
anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat
badannya, cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari
berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus,
berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional.
Anak
usia dini memerlukan banyak sekali informasi untuk mengisi pengetahuannya agar
siap menjadi manusia sesungguhnya. Dalam hal ini membaca merupakan cara untuk
mendapatka an informasi karena pada saat membaca maka seluruh aspek kejiwaan
manusia terlibat dan ikut serta bergerak. Hasilnya, otak yang merupakan pusat
koordinasi pun bekerja keras menemukan hal-hal baru yang akan menjadi pengisi
memori otak sekaligus menjadi bekal pertumbuhan (Adi Susilo, 2011:13).
PAUD sebagai
salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses
pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain. Bermain adalah bagian integral dalam kehidupan setiap anak dan
merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan potensi anak secara
optimal. Penggunaan metode bermain disesuaikan dengan perkembangan anak
(keperluan usia anak). Permainan yang digunakan pada PAUD adalah
permainan yang merangsang kreativitas dan menyenangkan (tidak ada unsur
pemaksaan) dan sederhana. Pembinaan pengembangan motorik di sinimerupakan
salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan aspek motorik secara optimal dan
dapat merangsang perkembangan otak anak. Pengembangan aspek motorik bertujuan
untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan
kemampuan mengelola, mengontrol dan melakukan koordinasi gerak tubuh, serta
meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang
pertumbuhan jasmani yang kuat dan terampil.
Melalui pembinaan
aktivitas anak (Fisik Motorik) di PAUD diharapkan akan memberikan dasar
pemikiran untuk mengkaji lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan program
pendidikan. Dengan memanfaatkan sarana alat bermain, gambar dan permainan yang
tersedia di PAUD serta disesuaikan dengan perkembangan dan
pertumbuhan fisik anak usia PAUD
Kemampuan
membaca anak usia dini umumnya masih relatif kurang karena pedidikan usia dini
merupakan awal atau permulaan anak belajar membaca. Anak usia dini umumnya
enggan untuk membaca sesuatu yang bersifat abstrak. Selain itu tuntutan orang
tua yang menginginkan anak cepat bisa membaca. Ditambah lagi tuntutan dari SD
yang mengadakan penerimaan siswa dengan menggunakan tes baca tulis.
Guru
memerlukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu cara yang
dapat digunakan oleh guru adalah dengan menggunakan media yang dapat merangsang
minat baca anak didik dalam membaca. Media yang dapat digunakan salah satunya
adalah media kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa gambar
yang diserta dengan kata-kata atau kalimat dibawahnya. Dengan adanya gambar
tersebut, maka anak didik akan terangsang utuk mengetahui maksud gambar
tersebut dan mencoba membaca kata-kata atau kalimat yang ada.
B. Identifikasi
Masalah
Memperhatikan
dan menelaah latar belakang tersebut di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian skripsi ini dapat meliputi sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca
peserta didik yang umumnya masih relatif rendah
2. Tuntutan orang tua
yang menginginkan anaknya bisa cepat membaca.
3. Bagaimana cara untuk
meningkatkan minat membaca anak usia dini
4. Perlu adanya metode
pembelajaran yang menarik untuk anak didik.
5. Penggunaan media
pengajaran dalam proses pembelajaran.
6. Penggunaan gambar
yang menarik untuk meningkatkan minat siswa.
C. Pembatasan
Masalah
Agar
pembahasan tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan batasan. Untuk
mempermudah didalam memahami skripsi ini, penulis berfokus pada upaya
meningkatkan minat baca melalui media gambar menghubungkan tulisan sederhana
dengan gambar yang melambangkannya, pada anak usia dini Hidayatul Mubtadiin
Kecamatan Tunjung teja Kabupaten Serang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut diatas, penulis merumuskan masalah pokok
yaitu;Bagaimanakah upaya meningkatkan Minat Baca Melalui Media Gambar pada Anak
Usia dini Hidayatul Mubtadiin Kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang.
E. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian
ini adalah meningkatkan minat baca pada anak usia dini
F. Tujuan Khusus
Sesuai dengan perumusan
masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat baca
melalui media gambar pada anak usia dini Hidayatul Mubtadiin Kecamatan Tunjung
teja Kabupaten Serang.
G. Manfaat
Penelitian
Untuk mendapatkan teori
baru tentang meningkatkan minat baca anak didik melalui kartu gambar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka
inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu melihat sesuatu
akan menguntungkan mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasaan.
Bila kepuasaan berkurang, minat pun berkurang. Setiap minat memuaskan kebutuhan
dalam kehidupan anak, walaupun kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi
orang dewasa. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat
tersebut (Hurlock. 1978:114).
Aiken
(Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan
melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai
yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan
oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005)
menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang
melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai
karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan
menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri
seseorang (www1.bpkpenabur. or.id/jurnal/04/017-035.pdf).
Minat
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan
seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius dan tidak
mudah
putus asa dalam
menghadapi tantangan. Jika seorang anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan
cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Berikut
merupakan ciri-ciri minat anak menurut Hurlock (1978, 115), antara lain adalah
sebagai berikut : (a) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik, (b)
minat bergantung pada kesiapan belajar, (c) minat bergantung pada kesempatan
belajar, (d) perkembangan minat mungkin terbatas, (e) minat dipengaruhi
pengaruh budaya, (f) minat itu egosentris.
Peserta
didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk
belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar peserta didik merupakan
salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi siswa. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa menurut Sanjaya (2006 :
28-29), diantaranya: (a) hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan
kebutuhan peserta didik, (b) sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat
pengalaman dan kemampuan siswa, (c) ciptakan suasana yang menyenangkan dalam
belajar, (d) berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, (e)
berikan penilaian, (f) berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, penghargaan
bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif, (g) ciptakan persaingan dan
kerja sama. Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
Menurut
Usman (2008:27) kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yag relatif menetap
pada diri seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya,
tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak
menaruh minat terhadap terhadap kesenian, maka ia akan berusaha untuk
mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Pada hakikatnya setiap anak berminat
terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat
terhadap belajar.
B. Perkembangan
Bahasa Anak Usia Dini
Bahasa
adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena
tiu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu
bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi menjadi dua periode, yaitu, periode
Prelinguistik dan periode Linguistik. Periode Linguistik inilah anak mulai mengucapkan
kata-kata pertama.
Menurut Sumantri (2008:2.30-2.31) periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
Menurut Sumantri (2008:2.30-2.31) periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
a. Fase satu kata atau
Holofrase
Pada
fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan
pikiran yang kompleks, baik berupa keinginan, perasaan atau
temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan
oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata
kerja.
b. Fase lebih dari satu
kata
Fase
dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah
dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Pada periode ini
bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya.
Orang tua mulai melakukan Tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun
mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimat sederhana.
c. Fase diferensiasi
Periode
terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat.
Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan
tetapi anak mulai mampu mengungkapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya,
terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.
Menurut
Brewer dalam Suyanto (2005:73) perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang
dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya diantara anak yang
satu dengan anak yang lain, dengan tujuan mengembangkan kemampuan untuk
berkomunikasi. Kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dari menangis
untuk mengekspresiakan responnya terhadap bermacam-macam stimuli. Anak mulai
memerang (cooing), yaitu melafalkan bunyi yang tidak ada artinya secara
berulang-ulang, seperti suara burung yang sedang berkicau. Anak pada umumnya
belajar nama-nama benda sebelum kata-kata lain.
Berikut
adalah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi menurut Depdiknas (2007:5), antara
lain adalah:
a. Keterampilan
berbahasa, dapat ditunjukkan oleh anak dalam perilaku: menyapa, memperkenalkan
diri, bertanya, mendeskripsikan, melaporkan kejadian, menyatakan suka/tidak,
meminta ijin, bantuan, mengemukakan alas an, memerintah atau menolak sesuatu.
b. Keterampilan
mendengar, dapat ditujukan oleh anak dalam perilaku: mendengarkan perintah,
mendengarkan pertanyaan, mendengarkan orang yang sedang bercerita dan
mendengarkan orang yang sedang member petunjuk.
c. Keterampilan
berbicara, dapat ditujukan oleh anak dalam perilaku: mengembangkan keterampilan
bertanya, menyiapkan kegiatan yang dapat dilakukan di dalam maupun di luar
kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggunakan berbagai
kegiatan yang bervariasi.
d. Keterampilan
membaca, adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual
(pengamatan).
Membaca
Retorika
adalah kiat yang didasarkan atas nengetahuan yang tersusun baik dan
kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan. Berbahasa merupakan
kegiatan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa meliputi
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca merupakan salah satu
ketrampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi, 2007:4).
Agar
dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus dapat
menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar
kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat menggunakan
keduanya dengan tepat dan benar jika pembaca mempunyai kiat dalam membaca. Kiat
yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model membaca,
metode membaca, dan teknik membaca sesuai kebutuhan.
Model-model
membaca tidaklah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan kerja keras
dari para ahli yang mengkajinya dalam waktu yang relatif lama. Dalam
menghasilkan suatu model membaca ada suatu tata kerja tersendiri yang harus
ditempuh melalui penelitian. Cara menghasilkan model membaca dilakukannya
secara profesional yang bersifat teknik. Berikut merupakan pendekatan membaca
menurut Haryadi (2007:12-16):
·
Pendekatan
Taksonomik
Pendekatan taksonomik
dikembangkan oleh Gray. Ia berpendapat bahwa dalam membaca diperlukan empat
ketrampilan, yaitu mengenal kata, komprehensif, reaksi, dan asimilasi (Dechant
dan Smith, 1977:15). Awal mula membaca merupakan kegiatan pengenalan
simbol-simbol dilakukan pembaca dalam bentuk penyandian kembali simbol tulis
yang berbentuk kata secara mekanik
·
Pendekatan
Psikologis
Pendekatan
psikologis terdiri atas dua, yaitu:
1. Pendekatan
behavioral, dipelopori oleh Skinner. Pendekatan ini berpandangan bahwa belajar
bahasa dapat dikendalikan oleh luar. Seseorang dikatakan belajar kalau mendapat
stimulus atau rangsangan dari luar, kemudian dari rangsangan tersebut
menghasilkan respon dari orang yang belajar. Menurut pandangan behavioral,
ketrampilan membaca merupakan hasil proses membaca yang diperoleh dari hubungan
antara rangsangan dan reaksi yang dikenal dengan sebutan S-R yaitu stimulus dan
respons.
2. Pendekatan
kognitif, dipelopori oleh piaget. Menurut pandangan kognitif, membaca tidaklah
sekedar memperoleh rangsangan simbol-simbol tertulis melalui mata, tetapi yang
lebih penting adalah memproses rabgsangan tersebut di dalam otak.
3. Pendekatan
Proses Informasi. Tokoh yang dikenal dalam pendekatan proses informasi adalag
Smith. Ia menyatakan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu proses informasi.
Pendekatan ini berprinsip bahwa membaca adalah aktivitas komunikasi yang
memungkinkan informasi ditrasformasi dari penulis kepada pembaca.
4. Pendekatan
Psikomotorik. Pendekatan ini dikembangkan oleh Holmes dan Singer . Kegunaan
dari pendekatan ini dalam membaca adalah sebagai pengukur tingkat kenyaringan
dan kecepatan baca yang dilakukan pembaca.
c. Pendekatan
Linguistik. Pendekatan ini dikembangkan dalam dua periode yaitu:
1) Bloomfield,
Fries, dan lefevre. Bloomfield berpendapat bahwa
membaca merupakan
hubungan teratur antara sistem tulisan dan ujaran. Fries mengatakan bahwa
membaca merupakan hubungan antara bunyi-bunyi bahasa dengan huruf. Sedangkan
Lefevre menekankan faktor kebahasaan dalam membaca, baik yang berkaitan dengan
tuturan kata maupun hubungan antara kata dan kata dalam menghasilkan kalimat.
2) Muncul
teori baru yang disebut teori trasformasi. Diperkenalkan oleh Chomsky yang
kemudian dilanjutkan oleh Halle, Goodman, dan Ruddel. Teori transformasi
menekankan perbedaan antara struktur luar dan struktur dalam. Yang dimaksud
struktur luar membaca adalah bunyi-bunyi atau simbol-simbol tulisan, sedangkan
struktur dalam membaca adalah makna sintaktik dan interpretasi semantik
(penafsiran makna bacaan).Menurut Depdiknas (2007 : 3) kemampuan membaca
ditentukan oleh perkembangan bahasa.
3) Perkembangan
kemampuan berbahasa anak usia 4-6 tahun ditandai oleh berbagai kemampuan
sebagai berikut: (a) mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi, (b)
memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan,kata
tanya, dan kata sambung, (c) menunjukkan pengertian, dan pemahaman tentang
sesuatu, (d) mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan
menggunakan kalimat sederhana (e) mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu
melalui gambar. Secara umum melalui kegiatan awal membaca dalam perkembangan
berbahasa diharapkan anak dapat membentuk perilaku membaca, mengembangkan
beberapa kemampuan sederhana dan keterampilan pemahaman dan mengembangkan
kesadaran huruf.
·
Media Gambar
Ada
beberapa konsep mengenai definisi media pengajaran. Menurut Gerlach (dalam
Sanjaya, 2006:161) secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau
kegiatan yang menciptakan kodisi yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Sudjana (2007,2) manfaat media
pengajaran dalam proses belajar antara lain :
a. Pengajaran
akan lebih menarik perhatian anak didik sehingga
dapat menumbuhnya motivasi belajar.
b. Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh para anak didik, dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran.
c. Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga anak didik tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga.
d. Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan
lain-lain.
Sedangkan
menurut Usman (2008:32), media pendidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
(a) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir. Oleh karena itu,
mengurangi verbalisme, (b) memperbesar perhatian siswa, (c) membuat pelajaran
lebih menetap atau tidak mudah dilupakan, (d) memberikan pengalaman yang nyata
yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan para anak didik,
(e) menumbuhkan pemikiran yang teraturdan bersambung, (f) membantu tumbuhnya
pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
Gambar
merupakan media untuk berkomunikasi dengan orang lain. Gambar berfungsi sebagai
stimulasi munculnya ide, pikiran maupun gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya
mendorong anak untuk berbuat, mengikuti pola berpikir seperti gambar atau
justru muncul ide baru dan menggugah rasa (Pamadhi, 2008:2.8).
Dalam
proses belajar mengajar gambar yang digunakan mampu membantu apa yang akan
dijelaskas oleh guru, memliki kualitas yang baik, dalam arti, dalam arti
memiliki tujuan yang relevan, jelas, mengadung kebenaran, autentik, aktual,
lengkap, sederhana, menarik, dan memberikan sugesti terhadap kebenaran itu
sendiri. Menurut Sadiman (2011, 31-33) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh
gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pengajaran:
a. Autentik.
Gambar tersebut secara jujur melukiskan situasi seperti
kalau orang melihat benda sebenarnya.
b. Sederhana.
Komponen gambar hendaknya cukup jelas dan menunjukkan poin-poin pokok
pembelajaran.
c. Ukuran
relatif. Gambar dapat memperbesar atau memperkecil obyek/benda sebenarnya.
d. Gambar/foto
sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.
e. Gambar
yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari
segi mutu kurang, gambar/foto karya siswa sering sekali lebih baik.
f. Tidak
semua gambar yang bagus adalah media yang baik. Gambar hendaknya bagus dari
sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut
Pamadhi (2008:2.9) manfaat gambar bagi anak adalah sebagai berikut: (a) alat
untuk mengutarakan (berekspresi) isi hati, pendapat maupun gagasannya, (b)
media bermain fantasi, imajinasi dan sekaligus sublimasi, (c) stimulasi bentuk
ketika lupa, atau untuk menumbuhkan gagasan baru, (d) alat untuk menjelaskan
bentuk serta situasi.
Media pendidikan sangat berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan secara sistematis. Media sendiri adalah orang, benda atau kejadian yang menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa kertas tebal yang berbentuk persegi dengan disertai gambar baik berupa gambar orang, hewan tumbuhan dan lain sebagainya.
Media pendidikan sangat berperan dalam perencanaan dan pelaksanaan secara sistematis. Media sendiri adalah orang, benda atau kejadian yang menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Salah satu media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kartu gambar. Media kartu gambar adalah media yang berupa kertas tebal yang berbentuk persegi dengan disertai gambar baik berupa gambar orang, hewan tumbuhan dan lain sebagainya.
·
Kerangka
Berpikir
Untuk mengatasi
permasalahan yang dikemukan sebelumnya, penulis menggunakan media gambar untuk
meningkatkan proses tercapainya tujuan yang nyata dari peningkatan minat
membaca yang sesuai dengan keadaan tingkat kemampuannya. Dalam hal ini berarti
bahwa anak-anak harus memperoleh peningkatan atau prestasi di dalam belajarnya,
dengan menggunakan media yang dapat merangsang minat baca anak didik dalam
membaca. Media yang dapat digunakan salah satunya adalah media kartu gambar.
Media kartu gambar adalah media yang berupa gambar yang diserta dengan kata-kata
atau kalimat dibawahnya. Dengan adanya gambar tersebut, maka anak didik akan
terangsang utuk mengetahui maksud gambar tersebut dan mencoba membaca kata-kata
atau kalimat yang ada.
·
Hipotesis
Tindakan
Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Berdasarkan kajian teori di atas dapat ditarik hipotesis bahwa “ melalui media
gambar dapat meningkatkan minat membaca pada anak usia dini Hidayatul Mubtadiin
Kec. Tunjung teja Kabupaten Serang.
·
Tindakan
Operasional
1. Setiap
tema pebelajaran yang disampaikan kepada anak disisipkan kegiatan media gambar
yang berkaitan dengan tema. Anak diajak membaca, diberikan contoh dan diberi
kebebasan untuk melihat gambar serta diberikan kebebasan untuk
mengetahui maksud gambar tersebut, mencoba membaca kata-kata atau kalimat yang
ada
2. Guru
harus cukup memberikan contoh ide-ide gambar kreatif sehingga anak tidak merasa
bosan.
3. Guru
harus bisa mengindari pembatasan terhadap gambar anak yang timbul dari ide
kreatifnya.
4. Setiap
gambar dijelaskan kepada anak dengan kreatif guru atau menirukan berbagai hal
dari kreatifitas guru terhadap anak sehingga gambar dan bacaan yang ada di
bawahnya mudah untuk dibaca.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Kondisi
Berdasarkan observasi
yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh data bahwa anak-anak usia dini PAUD
Hidayatul Mubtadiin Kecamatan Tunjung teja Kabupaten Serang memiliki minat
membaca yang rendah. Dari 20 anak 9 atau 45% memperoleh nilai baik, 6 atau 30%
anak mendapat nilai cukup dan 5 atau 25% memperoleh nilai kurang.
B. Perencanaan
Perencanaan yang
dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah guru merumuskan tujuan
pembelajaran dengan mengunakan kartu gambar. Membuat Rencana Kegiatan Harian
(RKH) yang digunakan sebagai skenario atau jalan cerita pada saat proses
bermain dan belajar. Selain itu guru juga menyiapkan kartu gambar yang
semenarik mungkin. Jumlah kartu gambar disesuaikan dengan jumlah murid.
C. Pelaksanaan
tindakan
Pelaksanaan tindakan
dimulai dengan guru mengucapakan salam. Mengabsensi untuk mengetahui kondisi
anak. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengecek kesiapan anak seperti, kerapian
dalam berpakaian. Guru juga menjelaskan tujuan utama pembelajaran dengan
menggunakan kartu gambar dan memberikan motivasi kepada anak. Proses bermain
dan belajar dimulai dengan guru menjelaskan materi dengan menggunakan dengan
menggunakan kartu gambar. Kartu gambar adalah kartu yang ada gambarnya berupa
binatang yang dibawahnya terdapat tulisan sesuai dengan nama gambar tersebut.
Guru memperlihatkan gambar-gambar tersebut di depan kekas. Kemudian menyuruh
anak-anak menebak gambar dan memperhatikan huruf demi huruf yang ada dibawah
gambar dan membacanya secara serempak. Gambar-gambar tersebut bertujuan untuk
menarik minat anak dalam membaca. Agar anak-anak lebih konsentrasi, guru
menyuruh anak untuk mencocokkan gambar dengan tulisan pada kertas yang telah
dibagikan. Kemudian menyuruh anak untuk mencari gambar atau tulisan sesuai
dengan perintah guru.
D. Pengamatan
Pengamatan dilakukan
dengan melibatkan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan
terhadap kemampuan anak antara lain: kemampuan anak dalam mengingat materi yang
telah di pelajari, kemampuan anak mengembangkan ide, kemampuan mengenali
gambar, kesiapan anak dalam mengikuti pelajaran, kekondusifan suasana dalam
proses bermain dan belajar, keaktifan anak dalam menebak kartu gambar.
Kesiapan anak dalam belajar masih kurang, ada beberapa anak yang masih terlambat. Kondisi kelas sudah kondusif, sesuai dengan ukuran pada umumnya. Pada saat proses bermain dan belajar, kemampuan anak dalam mengingat materi yang lalu cukup baik. Anak-anak mampu mengenali gambar dengan baik. Pada pertemuan siklus I ini, sebagian anak masih ada yang belum paham dengan metode yang dipakai. Masih ada anak yang kurang tertarik dan berminat dalam membaca dengan gambar. Sebagian ada yang masih belum jelas dengan materi yang dijelaskan oleh guru.
Kesiapan anak dalam belajar masih kurang, ada beberapa anak yang masih terlambat. Kondisi kelas sudah kondusif, sesuai dengan ukuran pada umumnya. Pada saat proses bermain dan belajar, kemampuan anak dalam mengingat materi yang lalu cukup baik. Anak-anak mampu mengenali gambar dengan baik. Pada pertemuan siklus I ini, sebagian anak masih ada yang belum paham dengan metode yang dipakai. Masih ada anak yang kurang tertarik dan berminat dalam membaca dengan gambar. Sebagian ada yang masih belum jelas dengan materi yang dijelaskan oleh guru.
E. Refleksi
Refleksi merupakan
langkah untuk menganalisa hasil kerja anak dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar anak didik dari pra siklus. Namun hasil tersebut belum sesuai dengan
apa yang diharapkan peneliti. Perbaikan yang dilakukan antara lain: memperbaiki
kualitas gambar yang dipakai agar anak lebih tertarik, kondisi ruang kelas
ditata serapi mungkin dan menempelkan gambar-gambar yang menarik, dan dalam
menyampaian materi guru menggunakan bahasa sesederhana mungkin agar anak-anak
lebih mudah memahami.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan
menggunakan media gambar dalam kegiatan pembelajaran anak menjadi semakin
bersemangat.
2. Dengan
menggunakan media gambar anak lebih mudah mengingat huruf-huruf dan memudahkan
anak untuk belajar membaca.
3. Dengan
menggunakan gambar-gambar yang bermacam-macam dan menarik anak semakin tertarik
untuk belajar membaca.
4. Minat
baca anak semakin meningkat dengan penggunaan media gambar pada kegiatan
pembelajaran.
B. Saran
1. Bagi
Guru, Guru diharapkan selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengajar mampu
membuat media pengajaran yang sesederhana mungkin untuk meningkatkan minat
belajar khususnya minat membaca anak.
2. Bagi Anak, Tidak
hanya di sekolah, anak-anak diharapkan untuk belajar membaca dimulai dengan
membaca tulisan-tulisan yang ada di lingkungan sekitar kita.
3. Bagi Sekolah,
Pembelajaran dengan media gambar ini bisa dijadikan menjadi salah satu pilihan
untuk meningkatkan minat membaca pada anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Adi susilo,
Taufik.2011.calistung.Jogjakarta.Hak Cipta
Asrori, Mohammad. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.
Depdiknas. 2007. Bidang Pengembangan Berbahasa Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Bidang Pengembangan Berbahasa Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007.
Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Permainan. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2007.
Pengembangan Model Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Haryadi. 2007. Retorika
Membaca Model, Metode dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.
Suyanto, Slamet. 2005.
Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Usman, M. Uzer. 2008.
Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/04/017-035.pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar